Ilustrasi |
Ilustrasi |
POLEWALITERKINI.NET - Kenaikan harga garam yang melambung tinggi kisaran Rp. 5 ribu rupiah hingga Rp. 7 ribu rupiah per liter di sejumlah pasar di kabupaten Polman, selama dua pekan terakhir, tidak pengaruhi usaha pejempuran ikan kering di Dusun Kampung Baru, Desa Tonyaman, Kecamatan Binuang, Kabupaten Polman.
Alasannya, karena sebagian besar pengusaha pejempuran ikan kering mengunakan stok garam lama yang dibelinya dengan harga Rp. 50 ribu rupiah per 50 kilogram dari distributor garam asal kabupaten Jeneponto dan Takalar, Sulsel.
Menurut pengelola usaha ikan kering, Hasrul kenaikan harga garam mahal saat ini belum mengaruhi aktivitas pejempuran ikan kering di Tonyaman, dengan mengunakan garam dua hingga tiga kilogram untuk ikan satu kabus.
“Kegiatan pejempuran ikan hasil tangkapan nelayan yang dikeringkan dengan mengunakan garam masih berjalan normal, karena garam digunakan stok lama bulan juni lalu. Bahkan untuk sebulan mendatang masih cukup garam digunakan, yang paling banyak digunakan 4 liter per hari." Kata Hasrul.
Kebutuhan garam lanjut Hasrul banyak digunakan bila nelayan banyak menangkap ikan kecil yang memang bagus dijadikan ikan kering. Seperti ikan teri jengki, cucut, peda, gabus, janbrong, katamba, tenggiri, petek dan jampal roti.
"Ikan kebanyakan kering, bila hasil tangkapan nelayan berlimpah yang tentu mengunakan garam banyak." Sebutnya.
Sementara pengusaha pengelolaan ikan kering, Erwin menjelaskan bila bulan depan, para pengusaha ikan kering merasa dirugikan karena mahalnya harga garam yang tembus kisaran Rp. 180 hingga Rp. 200 ribu rupiah per zak dari harga normalnya Rp. 50 ribu rupiah per zak.
"Jika garam stok lama habis bulan depan, pengusaha pejempuran ikan kering mengalami kerugian banyak pengeluaran membeli garam. Disisi lain harga ikan kering untuk jenis ikan tidak mengalami kenaikan." Kata Erwin.
Alasannya, karena sebagian besar pengusaha pejempuran ikan kering mengunakan stok garam lama yang dibelinya dengan harga Rp. 50 ribu rupiah per 50 kilogram dari distributor garam asal kabupaten Jeneponto dan Takalar, Sulsel.
Menurut pengelola usaha ikan kering, Hasrul kenaikan harga garam mahal saat ini belum mengaruhi aktivitas pejempuran ikan kering di Tonyaman, dengan mengunakan garam dua hingga tiga kilogram untuk ikan satu kabus.
“Kegiatan pejempuran ikan hasil tangkapan nelayan yang dikeringkan dengan mengunakan garam masih berjalan normal, karena garam digunakan stok lama bulan juni lalu. Bahkan untuk sebulan mendatang masih cukup garam digunakan, yang paling banyak digunakan 4 liter per hari." Kata Hasrul.
Kebutuhan garam lanjut Hasrul banyak digunakan bila nelayan banyak menangkap ikan kecil yang memang bagus dijadikan ikan kering. Seperti ikan teri jengki, cucut, peda, gabus, janbrong, katamba, tenggiri, petek dan jampal roti.
"Ikan kebanyakan kering, bila hasil tangkapan nelayan berlimpah yang tentu mengunakan garam banyak." Sebutnya.
Sementara pengusaha pengelolaan ikan kering, Erwin menjelaskan bila bulan depan, para pengusaha ikan kering merasa dirugikan karena mahalnya harga garam yang tembus kisaran Rp. 180 hingga Rp. 200 ribu rupiah per zak dari harga normalnya Rp. 50 ribu rupiah per zak.
"Jika garam stok lama habis bulan depan, pengusaha pejempuran ikan kering mengalami kerugian banyak pengeluaran membeli garam. Disisi lain harga ikan kering untuk jenis ikan tidak mengalami kenaikan." Kata Erwin.
Laporan : Nadi