Aksi Mahasiswa Lawan Radikalisme |
Usai Deklarasi Mahasiswa Foto Bersama |
Berbagai warna almamater berjejer
di Lapangan Pancasila Pekkabata, Kelurahan Pekkabata, Kecamatan Polewali. Aksi
Kebangsaan perguruan tinggi ini diisi dengan orasi kebhinekaan, bahkan 4,5 juta
Mahasiswa, lebih 3000 Perguruan Tinggi dan 350 Kabupaten Se Indonesia di 34
Provinsi juga melakukan kegiatan serupa.
Ketua Panitia aksi Kebangsaan,
Rustan Asmardanta dalam sambutannya, membakar semangat para Mahasiswa dengan
seruan bahwa hadir disini bersama semua Mahasiswa untuk bersatu menangkal ancaman
paham Radikalisme dan terorisme di Indonesia. “Pancasila, NKRI” Seruannya
menggema melalui Microphon yang disambut teriakan ribuan Mahasiswa “Harga
Mati”.
Menurutnya, sebagai Daerah dengan
tingkat heterogen yang tinggi, merupakan potensi yang mengancam jika
keberagaman tersebut tidak mampu dikelola dengan baik, rukun sebagai wujud
terciptanya stabilitas keamanan dan ketertiban Daerah.
Dalam ajaran Islam lanjutnya, setiap
muslim memiliki tanggung jawab untuk senantiasa menyemarakkan syiar Islam
dengan cara yang simpatik dan damai bukan dengan kekerasan, apalagi menebar
kebencian dan permusuhan.
Rektor Unasman, DR. Chuduriyah
Sahabuddin M.Si di depan ribuan Mahasiswa mengatakan, aksi kebangsaan Perguruan
Tinggi melawan Radikalisme adalah agenda deklarasi bersamaan hari sumpah pemuda
merupakan kesadaran atas perjuangan para pendahulu.
Bentuk ikrar dan janji para pejuang
bersatu bernegara berbahasa adalah perwujudan dalam perlawanan melawan radikalisme
yang mengancam Bangsa dan dunia. Sehingga tepat memilih pancasila sebagai
ideologi dan falsafah demi keutuhan bangsa indonesia.
“Pancasila mendapat ancaman dari kelompok tertentu yang mengatasnamakan
agama. Gerakan radikalisme ini bertentangan dengan dasar Negara dan cita cita para
pendahulu.” Kata DR. Chuduriyah Sahabuddin M.Si.
Dikesempatan lain, anggota DPD-RI
yang juga Ketua DPW PKB Provinsi Sulawesi Barat, KH. Syibli Sahabuddin, berharap
kepada seluruh Mahasiswa terbuka hatinya untuk menggunakan ilmunya membangun
dan mempertahankan Negara Kesatuan RI.
Dia mengatakan, bamyak negara
yang hancur karena tidak menggunakan ideologi pancasila. Dia menceritakan
negara yang memahami ideologi yang tak beragama mereka menghalalkan hal yang
dilarang agama seperti perkawinan sejenis.
"Saya tak bisa membayangkan jika aturan itu berlaku, dimana laki
laki menikah sesama, begitu pun wanita dengan wanita. Sebagai mahasiswa mari
menghormati BUDAYA "MITABE" ini harus dihargai.” Kata KH. Syibli
Sahabuddin.
Sementara itu Wakil Bupati
Polman, Drs. Natsir Rahmat MM mengutip perkataan budayawan Nasional, Emha Ainun
Nadjib atau Cak Nun, bahwa Manusia sebagai makhluk sosial dibagi menjadi lima
kelompok dengan menggunakan analogi hukum Islam.
Dari 5 kelompok ini lebih ideal
memilih MANUSIA WAJIB karena tipe ini adalah manusia yang sangat dibutuhkan
dalam sebuah komunitas, kehadirannya sangat membantu dan dia menjadi sumber inspirasi,
jika dia tidak hadir maka akan sangat terasa Ketidak hadirannya.
Dan tak memilih MANUSIA HARAM, yaitu
manusia yang selalu menimbulkan kekacauan, kerisauan dalam sebuah kelompok
Masyarakat, ia merupakan kelompok masyarakat yang tidak dibutuhkan
kehadirannya.
Wakil Bupati juga mengucapkan
terimakasih kepada panitia penyelenggara acara ini yang telah bekerja keras untuk
melaksanakan kegiatan ini, demikian pula kepada seluruh civitas akademika yang
bersedia hadir dalam kegiatan yang sangat berharga ini.
Hadir dalam kegiatan itu, Wakil
ketua 2 DPRD Kabupaten Polman, Amiruddin S.H, Kapolres Polman AKBP Muhammad
Rifai Syarifudin, S.H S.I.K, Wakil Rektor 3 IAI DDI Polman M. Arsyad, Ketua 2
Stikes Bina Bangsa Majene, Husain S.E serta diikuti Mahasiswa-Mahasiswi Universitas
UNASMAN, IAI DDI Polman, Stikes Biges Polman dan Stikes Bina Bangsa Majene.
Laporan :
Sukriwandi