POLEWALITERKINI.NET – Mengamati guru dalam berbagi pengetahuan
terhadap peserta didik, memiliki tersendiri dalam metode pengajaran. Masing-masing guru memiliki metode dalam
melangsungkan pengajaran terhadap peserta didik karena setiap guru mempunyai
kecerdasan tersendiri dalam mengaktualkan potensi terhadap anak didik. Menjadi
bahan penilaian ketika guru dalam berbagi ilmu tidak dapat mensingkronkan
keinginan peserta didik, akhirnya dampaknya
anak didik tidak mampu mengdonkrak potensi keinginan peserta didik.
Tugas dan tanggung jawab seorang
guru seharusnya memberikan pemahaman peserta didik mengenai kecerdasan
intelektual sebagai landasan berpikir untuk membuka cakrawala terhadap
perkembangan zaman. Sebagian anak didik merasa minder ikut dalam sebuah forum
intelektual tidak memiliki pengetahuan apapun, akhirnya memiliki pola pikir
untuk tidak melanjutkan sebuah study, sehingga dalam menjalani sebuah kehidupan
tidak terlalu akurat karena jauh dari dunia pendidikan. Setelah memiliki keinginan untuk mengajari
sebuah kecerdasan terhadap peserta didik seharusnya guru mengajarkan kecerdasan
emosional sebagai ilmu untuk membangun hubungan sosial secara harmonis,
tujuannya dapat mempererat tali silaturahmi antara individu dan sosial.
Mengamati gerakan peserta didik
tidak memiliki hubungan emosional biasanya lebih senang menjalani kehidupan
bersifat individu dibanding dengan sosial.
Karena yang terbangun di alam bawah sadar tentang kehidupan bermula dari
individu sebagai sikap yang melekat dalam jiwa, akhirnya teraliansi dari kecerdasan
emosional. Setelah mengajari sebuah
kecerdasan emosional terhadap peserta didik yang menjadi pekerjaan rumah
selanjutnya guru membangun kecerdasan spritual sebagai bahan ajar dalam
menumbuhkan sikap moral dan akhlaq terhadap peserta didik. Pendidikan spritual sebagai puncak bahan ajar
karena berdampak merubah karakter lebih menanamkan sikap sopan santun terhadap
guru. Semakin tinggi nilai spritual anak didik dalam menjalani pendidikan
otomatis lebih bersikap tawadhu dalam mengikuti pengajaran dalam pendidikan.
Guru dijuluki sebagai motivator
untuk mendidik dalam meningkatkan aktivitas proses pembelajaran. Memberikan harapan peserta didik bebas
berekspresi dalam menumbuhkan karya dan kebebasan berpikir untuk kemajuan pendidikan.
Menjelaskan terhadap anak didik tujuan belajar sebagai motivasi untuk lebih
meningkatkan proses pembelajaran dapat menentukan tujuan belajar ketika
mendalami ilmu seperti demikian,
akhirnya semangat belajar semakin terbangun karena memiliki tujuan
belajar. Hadiah dan pujian tips dalam meningkatkan kuantitas belajar peserta
didik contoh, ketika peserta didik malas
dalam belajar seharusnya memuji atau memberikan
hadiah untuk dapat menyemangati dalam mengkaji pengetahuan. Jika semangat yang membludak didalam jiwa
peserta didik otomatis dalam bertindak akan memiliki aura untuk dapat
menuntaskan pekerjaan pendidikan secara total.
Menurut Akhmad Muhaimin Azzet
dalam buku "menajdi guru favorit" memberikan motivasi dan kecintaan
seseorang untuk menjadi guru adalah dasar bagi seorang guru akan sukses dan
dicintai oleh murid-muridnya atau tidak. Motivasi dan kecintaan ini harus
terpancang sejak awal seseorang menekuni profesi sebagai guru atau bisa pula
baru terbangunkan setelah seseorang menjalani profesi ini sekian waktu. Motivasi
dan kecintaan ini harus senantiasa dijaga agar seseorang tetap bersemangat
menghadapi anak didiknya dalam proses belajar mengajar.
Jadi, motivasi dan kecintaan
semacam ruh bagi seorang guru agar selalu dekat dengan anak didiknya, sehingga
apa yang disampaikannya dalam proses belajar mengajar mudah diterima. Inilah
kunci penting bagi keberhasilan seorang guru dalam menjalankan tugas dan
tanggung jawabnya. Seorang guru yang tidak hanya mencintai profesinya, akan
tetapi juga dicintai oleh anak didiknya.
Kecintaan peserta didik terhadap
guru dengan memperkenalkan dunia baru dalam pendidikan untuk tidak menutup diri
terhadap pengajaran. Saat ini sudah masuk pada Zaman "Now" dimana
guru memperkenalkan dunia teknologi untuk membangun semangat belajar
dalam berpendidikan, contoh peserta didik lebih senang belajar dengan
menggunakan media internet dibanding dengan buku. Pergerakan yang dilakukan
peserta didik mengikuti kondisi zaman untuk mengefektifkan pendidikan dalam
proses pengajaran, sehingga kecintaan terhadap guru semakin membludak karena
efek dari pengajaran yang sesuai dengan kondisi zaman.
Salah satu kecintaan murid dengan
gurunya memberikan cerita lucu kepada peserta didik, sehingga dalam
pembelajaran bukan hanya tegang yang nampak tapi wajah berseri karena efek
cerita lucu yang mengandung unsur intelektual di dalam pendidikan. Semangat belajar bangkit kepada peserta didik
jika metode humoris menjadi acuan dalan proses pembelajaran karena tidak
membuat jenuh maupun ngantuk dalam menjalani proses pembelajaran. Ketika
gurunya berwajah serius dalam memberikan pengajaran otomatis siswa merasa
tegang dan kaku, akhirnya dalam berekspresi sangat terbatas karena pengaruh
metode yang jauh dengan sikap humoris.
Dalam pendidikan semestinya yang
diembang sosok guru sabar dalam mengajar, karena setiap peserta didik memiliki
watak tersendiri dalam pendidikan, dalam psikologi, anak didik biasanya ada
yang berperilaku nakal ataupun pintar
dalam menjalani pendidikan. Disinilah
perang guru mengutamakan sikap sabar dalam menghadapi berbagai macam karakter
peserta didik maupun kecerdasan yang dimiliki anak didik. Sebagian guru ketika
sikap sabar di abaikan dalam pendidikan otomatis dalam bersikap mengutamakan
pendidikan kekerasan dari pada kelembutan, akhirnya dalam pendidikan tidak
mencerminkan sebagai pendidik profesional.
Guru semestinya dalam menghadapi
anak didik di perlukan sikap tenang karena mampu membimbing dengan kondisi
nyaman dibangdin dengan tergesa-gesa.
Hasilnya dapat di amati melalui proses kinerja peserta didik dengan
melalui bukti nyata antara peserta didik yang tidak tergesa dan tidak tenang
dalam mengerjakan soal. Lebih sukses anak didik mengerjakan tugas yang tidak
tergesa karena menikmati suatu proses dengan berlandaskan terhadap sikap sabar.
Peserta didik seharusnya memiliki
rasa cinta terhadap guru sebagai tanda terimakasih atas ilmu yang di berikan
kepada peserta didik.
Gerakan anak didik jika sudah
mencintai gurunya mulai dari penjelasan, gaya belajar, mimik dan gaya berbicara diikuti oleh peserta
didik sebagai simbol tanda kecintaan terhadap guru. Peserta didik memiliki rasa cinta terhadap
guru jika dalam berbagi ilmu dapat diterima secara spontan melalui pola pikir
peserta didik, akhirnya manfaat peserta didik tumbuh menjadi seorang intelektual. Salah satu yang tidak bisa di lupakan oleh
peserta didik dengan meberikan pengetahuan sebagai pisau analisis untuk masa
depan, mampu mencerdaskan rasa cinta akan semakin tumbuh.
Pendidikan harus mencetak
generasi memiliki rasa cinta terhadap guru untuk mengenang perjuangannya dalam
mendidik. Sebagian peserta didik ketika
menanamkan rasa cinta didalam jiwa, otomatis prilaku akan tergambarkan sopan
santun dan bijak dalam bertindak. Namun yang terjadi Diera moderen sebagian
tidak mencontohkan rasa cinta sesungguhnya, seperti ketika peserta didik
bertemu dengan gurunya bukan lagi ucapan salam yang di lontarkan tetapi
perkataan yang tidak memiliki norma.
Saatnya membangun generasi yang cerdas untuk dapat mencintai seorang
guru sebagai tanda terima kasih atas ilmu yang di salurkan terhadap peserta
didik.
Penulis : Alul
Alamat : Dusun Sederhana, Kelurahan Matakali, Kecamatan Matakali, Kabupaten Polman
Alamat : Dusun Sederhana, Kelurahan Matakali, Kecamatan Matakali, Kabupaten Polman
Organisasi : Taman Baca Boyang
Manarang.
No Hp. : 085242822903