Kiri Kalapas Polman dan Tampak Alat Detektor X-Ray |
Tampak Kertas Bertuliskan Perhatian Menempel Pada Alat Detektor |
Mesin pendeteksi, yakni detektor X-Ray bantuan dari Direktorat Jenderal Pemasyarakatan (Dirjen Pas) sudah terpasang hampir sebulan tepat di belakang pintu masuk utama portir. Alat ini cukup membantu mengawasi barang yang keluar masuk di Lapas.
Kepala Lapas Polewali, Haryoto menuturkan alat detektor tersebut sangat membantu pihaknya mendeteksi dan mengawasi keluar masuknya barang bawaan pengunjung, menurutnya seluruh Lapas di Indonesia akan dilengkapi alat detektor.
Meski demikian, untuk Sulawesi Barat, Lapas Polewali yang lebih dahulu mendapatkan fasilitas ini.
"Alat detektor ini fungsinya mendeteksi barang terlarang, tetapi di Sulbar baru lapas polewali yang memiliki. Mungkin dinilai tingkat kerawanannya tinggi." Kata Kalapas Kelas IIB Polewali, Haryoto.
Dengan adanya alat detektor ini pihak Lapas Polewali sudah berhasil menggagalkan upaya penyelundupan Hand Phone (HP) yang akan di bawa masuk pembesuk, tutur Haryoto.
Teknisnya, sebelum barang bawaan pembesuk dimasukkan ke X-Ray, pengunjung telah disampaikan dengan baik mengenai barang apa saja yang dilarang masuk.
"Setelah barangnya kita masukkan ke X-Ray ternyata terdeteksi HP. Bahkan bukan hanya HP didalamnya juga ada sendok garpu yang bisa digolongkan jenis senjata tajam (Sajam)." Ungkapnya.
Selain itu, yang tak kalah penting dari alat detektor X-Ray ini, adalah kemampuannya mendeteksi narkotika dan obat obatan terlarang, karena mempunyai metode tiga dimensi bisa memonitor barang bawaan dari arah atas, bawah dan samping.
"Kita bisa lihat dari bawah, atas dan juga dari samping kelihatan semuanya." Tandas Haryoto.
Dia menambahkan, alarm pada alat detektor secara otomatis akan berbunyi jika mendeteksi narkoba, sementara untuk barang terlarang lainnya yang tak dibolehkan masuk lampu detektor akan berkedap kedip.
"Kalau sejenis narkoba alarm alat detektor akan berbunyi. Secara otomatis." kata Haryoto.
Jumlah keseluruhan warga binaan Lapas Polewali sebanyak 290 orang terdiri dari 200 Narapidana dan 90 orang Tahanan.
"Disini ada 290 warga binaan terdiri dari 200 napi dan tahanan 90 orang." Ungkap Haryoto.
Haryoto sendiri baru sekira 2 bulan lamanya menjabat sebagai Kepala Lapas Polewali, sebelumnya bertugas sebagai Kepala Lembaga Pembinaaan Khusus Anak (LPKA) di Karang Asem Provinsi Bali.
Laporan : Z Ramadhana.