Taman Baca Boyang Manarang |
POLEWALITERKINI.NET - Pendidikan yang membebaskan bukanlah memberikan banyak pelajaran kepada anak didik hingga ia menguasai banyak ilmu pengetahuan. Ibarat mengisi gelas kosong, pendidikan bertugas mengisi air ilmu pengetahuan gelas itu penuh.
Peserta didik memiliki ilmu pengetahuan untuk mengisi otak, sehingga dapat pemikiran menganalisa perkembangan sosial. Pendidikan yang membebaskan adalah pendidikan yang diberikan kepada anak didik sesuai dengan perkembangan dan potensi di miliki oleh anak didik agar tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang merdeka.
Peserta didik menerima pengajaran yang diberikan pendidik, untuk dapat mengisi kekosongan terhadap pola pikir. Di zaman moderen anak didik mulai memerdekakan dalam menjalani pendidikan seperti ingin menikmati pembelajaran sesuai dengan kecerdasan.
Bukan berarti kemerdekaan dimaksud terlepas dari norma pendidikan yaitu, tidak mengikuti pembelajaran maupun tidak mengikuti aturan dibuat oleh sekolah. Namun gambaran kemerdekaan dimaksud dapat mengembankan potensi peserta didik untuk meraih kemerdekaan dalam pendidikan.
Pendidikan memiliki tujuan memanusiakan manusia, dengan cara membimbing dan mengajari peserta didik mengenai moral dan akhlak sebagai pondasi dalam mengaktualkan filosopi pendidikan.
Peserta didik memiliki gerakan membangun semangat belajar dalam wadah pendidikan dapat membentuk peradaban yang ideal dalam ruang lingkup sosial. Namun, pendidikan memiliki model pembelajaran sesuai penerapan yang diinginkan peserta didik. Tanggung jawab pendidik, memberikan pengajaran terhadap peserta didik untuk lebih termotivasi dalam pembelajaran.
Dalam pendidikan memperoleh kemerdekaan mampu menghargai perbedaan pendapat, sebagai tantangan untuk mewujudkan pendidikan berkarakter. Sebagian pendidik ego dalam menyikapi pendidikan akhirnya berdampak fatal, karena tidak memberikan solusi yang ideal terhadap kemajuan pendidikan.
Menurut Benhard Adeney-Risakotta, dalam tulisannya di Basis yang berjudul "Pendidikan Kritis yang Membebaskan", dalam masyarakat pluralitas yang dibanjiri informasi, ada kecenderungan sosial di Indonesia untuk memaksa semua orang meman sama. Memang, perbedaan budaya dan agama tidak bisa diabaikan begitu saja. Akan tetapi, kesamaan-kesamaan harus ditingkatkan dan perbedaan-perbedaan dikecilkan.
Pendidikan memberikan pengajaran menghargai pendapat seseorang dengan berlaku bijak dalam menyikapi. Dengan demikian, yang terjadi di dunia pendidikan meninggikan emosi melakukan pengajaran dalam metode diskusi, karena akibat tidak dapat menyelesaikan problem pendidikan, akhirnya dalam menjalani pendidikan berlaku kritis faktor tidak memiliki persamaan presepsi. Pendidik menanamkan kemerdekaan dalam jiwa peserta didik untuk dapat menentukan pilihan yang sesuai dengan keinginan dalam mewujudkan persamaan dalam berpendapat.
Bahkan, pendidikan merupakan wahana membangun kesadaran anak didik agar berani bersikap kritis terhadap lembaga pendidikan. Peserta didik dalam bersikap kritis harus memberikan solusi terhadap yang dikritiki, tujuannya untuk menghindari konflik dalam pendidikan.
Tak bisa kita pungkiri peserta didik sudah memiliki kecerdasan di bawah rata-rata biasanya mengedepankan kritikan terhadap sistem pemerintahan, karena efek pembelajaran mengenai perlawanan yang tidak sesuai dengan pengkajian sistem pembangunan pendidikan.
Akhirnnya melontarkan nilai keadilan di tegakan untuk kepentingan rakyat, argumentasi seperti demikian, menopang makna untuk menegedepankan kritikan. Kritikan bukan hanya menjadi senjata untuk meruntuhkan sistem yang tidak menegakan keadilan tetapi perlu memberikan solusi terhadap sebuah permasalahan.
Dalam Majalah Basis, Bernhard Adeney-Risakotta menyampaikan bahwa pendidikan di Indonesia terlalu lama menjadi sarana propaganda yang membela dan menguatkan struktur kekuasaan yang ada.
Peserta didik memilah intisari pernyataan para politik yang punya keinginan untuk memajukan pedidikan padahal aspirasi yang di lontarkan hanya sebuah pujian untuk mengakali sistem pendidikan. Di sinilah perang anak didik untuk mengajukan kritikan terhadap pujian yang tidak memiliki bukti otentik.
Kemerdekaan diraih anak didik melahirkan pendidikan berkarakter karena mampu membuka ruang dalam kebebasan berpendapat. Kebebasan yang dimiliki peserta didik melahirkan nilai kemerdekaan untuk bebas berkarya dalam pendidikan. Secara pendekatan sosial menegakan keadilan untuk rakyat sama halnya memberikan kemerdekaan para tokoh maupun masyarakat terbebas dari penindasan.
Selama ini di tengah sosial terdapat penindasan, karena di dalam gerakan masyarakat tidak maksimal pembelajaran secara efektif, sehingga ditindas para penguasa yang tidak mengutamakan nilai pendidikan ideal.
Hal yang paling mendasar dari pendidikan yang membebaskan adalah pendidikan yang memanusiakan. Inilah sebuah proses pendidikan yang dilakukan dengan penuh kesadaran secara terus-menerus memanusiakan manusia.
Secara umum, pendidikan juga dimaknai upaya dilakukan secara sadar untuk mendidik. Pendidik memberikan pembelajaran positif untuk dapat membentuk kesadaran berpendidikan, sehingga dapat membentuk pendidikan yang berkarakter. Sifat moral menjadi tujuan utama dalam proses pengajaran karena dapat mewujudkan peserta didik yang bertaqwa dalam menjalani pendidikan.
Mengamati peserta didik dalam mengaktualkan sikap Akhlaq dalam pengajaran akan membangun kesadaran yang bernorma. Kesadaran anak didik belum terbangun secara keseluruhan akhirnya perilaku seperti dengan orang dalam krisis identitas, sehingga dalam menjalani pendidikan tidak menemukan kemerdekaan.
Krisis identitas sama halnya dengan anak didik yang tidak memiliki tujuan kehidupan, sehingga dalam melangkah hanya mampu merabah tanpa memiliki tujuan. Peserta didik dalam menjalani pendidikan memperkenalkan identitas diri sebagai langkah awal untuk mengetahui hakekat kehidupan, dampaknya akan memudahkan anak didik untuk mengkaji pengetahuan secara detail.
Tak bisa dipungkiri pendidikan memiliki kebebasan terhadap anak didik, tidak melakukan penekanan dalam berkarya. Pihak pendidik memberikan keceriaan dan kebahagiaan untuk mengaktualkan potensi peserta didik.
Pendidikan menciptakan kader memiliki ide kreatif maupun inovatif sebagai langkah menemukan metode belajar, sehingga dapat kecerdasan peserta didik.
Dalam pendidikan semestinya mengetahui secara menyeluruh yang dimiliki oleh peserta didik karena pendidik akan menemukan karakter dalam belajar contoh, jika anak didik menyukai mendengarkan musik dalam pembelajaran otomatis anak didik tersebut memiliki kecerdasan musikal. Namun demikian, anak didik dapat memenuhi kualitas dalam belajar akhirnya akan menemukan kemeedekaan menjalani pendidikan.
Nama : Arhul gokil
Organisasi : Taman baca boyang Manarang
Alamat : Dusun Sederhana, Kelurahan Matakali, Kec. Matakali, Kab. Polman.
Peserta didik memiliki ilmu pengetahuan untuk mengisi otak, sehingga dapat pemikiran menganalisa perkembangan sosial. Pendidikan yang membebaskan adalah pendidikan yang diberikan kepada anak didik sesuai dengan perkembangan dan potensi di miliki oleh anak didik agar tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang merdeka.
Peserta didik menerima pengajaran yang diberikan pendidik, untuk dapat mengisi kekosongan terhadap pola pikir. Di zaman moderen anak didik mulai memerdekakan dalam menjalani pendidikan seperti ingin menikmati pembelajaran sesuai dengan kecerdasan.
Bukan berarti kemerdekaan dimaksud terlepas dari norma pendidikan yaitu, tidak mengikuti pembelajaran maupun tidak mengikuti aturan dibuat oleh sekolah. Namun gambaran kemerdekaan dimaksud dapat mengembankan potensi peserta didik untuk meraih kemerdekaan dalam pendidikan.
Pendidikan memiliki tujuan memanusiakan manusia, dengan cara membimbing dan mengajari peserta didik mengenai moral dan akhlak sebagai pondasi dalam mengaktualkan filosopi pendidikan.
Peserta didik memiliki gerakan membangun semangat belajar dalam wadah pendidikan dapat membentuk peradaban yang ideal dalam ruang lingkup sosial. Namun, pendidikan memiliki model pembelajaran sesuai penerapan yang diinginkan peserta didik. Tanggung jawab pendidik, memberikan pengajaran terhadap peserta didik untuk lebih termotivasi dalam pembelajaran.
Dalam pendidikan memperoleh kemerdekaan mampu menghargai perbedaan pendapat, sebagai tantangan untuk mewujudkan pendidikan berkarakter. Sebagian pendidik ego dalam menyikapi pendidikan akhirnya berdampak fatal, karena tidak memberikan solusi yang ideal terhadap kemajuan pendidikan.
Menurut Benhard Adeney-Risakotta, dalam tulisannya di Basis yang berjudul "Pendidikan Kritis yang Membebaskan", dalam masyarakat pluralitas yang dibanjiri informasi, ada kecenderungan sosial di Indonesia untuk memaksa semua orang meman sama. Memang, perbedaan budaya dan agama tidak bisa diabaikan begitu saja. Akan tetapi, kesamaan-kesamaan harus ditingkatkan dan perbedaan-perbedaan dikecilkan.
Pendidikan memberikan pengajaran menghargai pendapat seseorang dengan berlaku bijak dalam menyikapi. Dengan demikian, yang terjadi di dunia pendidikan meninggikan emosi melakukan pengajaran dalam metode diskusi, karena akibat tidak dapat menyelesaikan problem pendidikan, akhirnya dalam menjalani pendidikan berlaku kritis faktor tidak memiliki persamaan presepsi. Pendidik menanamkan kemerdekaan dalam jiwa peserta didik untuk dapat menentukan pilihan yang sesuai dengan keinginan dalam mewujudkan persamaan dalam berpendapat.
Bahkan, pendidikan merupakan wahana membangun kesadaran anak didik agar berani bersikap kritis terhadap lembaga pendidikan. Peserta didik dalam bersikap kritis harus memberikan solusi terhadap yang dikritiki, tujuannya untuk menghindari konflik dalam pendidikan.
Tak bisa kita pungkiri peserta didik sudah memiliki kecerdasan di bawah rata-rata biasanya mengedepankan kritikan terhadap sistem pemerintahan, karena efek pembelajaran mengenai perlawanan yang tidak sesuai dengan pengkajian sistem pembangunan pendidikan.
Akhirnnya melontarkan nilai keadilan di tegakan untuk kepentingan rakyat, argumentasi seperti demikian, menopang makna untuk menegedepankan kritikan. Kritikan bukan hanya menjadi senjata untuk meruntuhkan sistem yang tidak menegakan keadilan tetapi perlu memberikan solusi terhadap sebuah permasalahan.
Dalam Majalah Basis, Bernhard Adeney-Risakotta menyampaikan bahwa pendidikan di Indonesia terlalu lama menjadi sarana propaganda yang membela dan menguatkan struktur kekuasaan yang ada.
Peserta didik memilah intisari pernyataan para politik yang punya keinginan untuk memajukan pedidikan padahal aspirasi yang di lontarkan hanya sebuah pujian untuk mengakali sistem pendidikan. Di sinilah perang anak didik untuk mengajukan kritikan terhadap pujian yang tidak memiliki bukti otentik.
Kemerdekaan diraih anak didik melahirkan pendidikan berkarakter karena mampu membuka ruang dalam kebebasan berpendapat. Kebebasan yang dimiliki peserta didik melahirkan nilai kemerdekaan untuk bebas berkarya dalam pendidikan. Secara pendekatan sosial menegakan keadilan untuk rakyat sama halnya memberikan kemerdekaan para tokoh maupun masyarakat terbebas dari penindasan.
Selama ini di tengah sosial terdapat penindasan, karena di dalam gerakan masyarakat tidak maksimal pembelajaran secara efektif, sehingga ditindas para penguasa yang tidak mengutamakan nilai pendidikan ideal.
Hal yang paling mendasar dari pendidikan yang membebaskan adalah pendidikan yang memanusiakan. Inilah sebuah proses pendidikan yang dilakukan dengan penuh kesadaran secara terus-menerus memanusiakan manusia.
Secara umum, pendidikan juga dimaknai upaya dilakukan secara sadar untuk mendidik. Pendidik memberikan pembelajaran positif untuk dapat membentuk kesadaran berpendidikan, sehingga dapat membentuk pendidikan yang berkarakter. Sifat moral menjadi tujuan utama dalam proses pengajaran karena dapat mewujudkan peserta didik yang bertaqwa dalam menjalani pendidikan.
Mengamati peserta didik dalam mengaktualkan sikap Akhlaq dalam pengajaran akan membangun kesadaran yang bernorma. Kesadaran anak didik belum terbangun secara keseluruhan akhirnya perilaku seperti dengan orang dalam krisis identitas, sehingga dalam menjalani pendidikan tidak menemukan kemerdekaan.
Krisis identitas sama halnya dengan anak didik yang tidak memiliki tujuan kehidupan, sehingga dalam melangkah hanya mampu merabah tanpa memiliki tujuan. Peserta didik dalam menjalani pendidikan memperkenalkan identitas diri sebagai langkah awal untuk mengetahui hakekat kehidupan, dampaknya akan memudahkan anak didik untuk mengkaji pengetahuan secara detail.
Tak bisa dipungkiri pendidikan memiliki kebebasan terhadap anak didik, tidak melakukan penekanan dalam berkarya. Pihak pendidik memberikan keceriaan dan kebahagiaan untuk mengaktualkan potensi peserta didik.
Pendidikan menciptakan kader memiliki ide kreatif maupun inovatif sebagai langkah menemukan metode belajar, sehingga dapat kecerdasan peserta didik.
Dalam pendidikan semestinya mengetahui secara menyeluruh yang dimiliki oleh peserta didik karena pendidik akan menemukan karakter dalam belajar contoh, jika anak didik menyukai mendengarkan musik dalam pembelajaran otomatis anak didik tersebut memiliki kecerdasan musikal. Namun demikian, anak didik dapat memenuhi kualitas dalam belajar akhirnya akan menemukan kemeedekaan menjalani pendidikan.
Nama : Arhul gokil
Organisasi : Taman baca boyang Manarang
Alamat : Dusun Sederhana, Kelurahan Matakali, Kec. Matakali, Kab. Polman.