Tampak Wartawan Senior, Burhanuddin Haruna Nikmati Kopi di Alun alun Pekkabata |
Ida, Salah Satu Pengunjung di Alun alun |
Air mancur dan iringan musik Sayang sayang, lagu mandar bugis, Toraja (Mamasa), Makassar dan lagu jawa mengiringi muncrat air dari pipa kecil yang di modifikasi lewat warna lampu sehingga terlihat warna warni.
Pengunjung dari arah dekat menyaksikan konpigurasi air berbagai bentuk dan formasi indah, hanya saja alasan listrik sehingga hanya malam minggu dan malam kamis air mancur itu kita bisa nikmati beberapa jam.
Grobak ngopi tetap asri berjejer disepanjang trotoar yang tampak di batasi kanal mini yang terisi berbagai jenis ikan sambil ngopi. Ikan ikan tampa menarik di dalam kolam buatan memanjang (Kanal Mini) setiap malam pun tak pernah sepih.
Sayangnya, alasan keamanan belakangan ini sering tawuran anak anak muda pemabuk cari sensasi (Sok jago) membuat usaha wisata ngopi pemiliknya gusar karena pemberlakuan jam malam oleh pihak keamanan.
"Kayak medan peran saja, ada jam malam, rugi dong, kita cuma cari uang kecil jam kerja kita dibatasi, itu karaoke disana hingga dini hari jual minuman beralkohol dan pajang cewek hingga dini hari bebas saja." Ungkap pedagang kopi keliling yang tidak mau disebut identitasnya.
Meski demikian, jelas wisata ngopi ini bangkit dengan nilai tersendiri, anak kecil dari pelosok desa usai panen padi, coklat dan lain lain, selalu merayu ibunya untuk datang di Alun alun pada malam minggu.
Selain air mancur suguhan wahana permainan anak kelililing juga turut meramaikan suasana malam, berbagai kuliner juga hadir, begitu pula anak anak asuhan rembulan hadir menenteng gitar alunkan lagu lagu merdu dengan suara emasnya.
Para pengunjung tak sedikit terusik, tegang serta strees jika mau buang air kecil di tempat seramai ini tidak ada toilet, biasanya para anak muda bisa hanya sandar di tembok pagar kantor bupati sedikit terlindung mobil parkir.
“Kita ini yang ibu ibu dimana mau buang kalau sudah kebelet. Kata ibu Ida pengunjung malam yang menikmati Green tea di bawah tenda payung warna pelangi, katanya moga moga pihak otoritas bisa menyiapkan sarana tersebut.” Ungkap Ida.
Pemilik warkop 89 di Pekkabata Polewali Mandar yang memulai grobak kopi keliling mengajak sejumlah pemilik Cafe, warkop dan kedai buat musik taman dan waktu itu didukung sekretaris pariwisata, Mustari Mula dan sejumlah media.
Saat itu Warkop 89, Todzilaling Cafe, Join Cafe dan Kedai Kopi Republik membuat schedule pentas dari taman ketaman, hal ini membuat warkop dan kedai kopi berkembang di taman kota tempat pentas, seperi taman pantai bahari, Sport Center Alun alun Wonomulyo.
Kini para pecandu dan penikmat kopi di Polewali mandar bisa tiap malam menikmati rasa dan aroma kopi berbagai jenis baik yang moderen maupun tradisional yang disajikan di 22 warkop di kota Pekkabata dan Sekitar 30 grobak di taman Alun alun.
Pemilik Skuad warkop 89, Abba bersama Manejer PT Olant Sumarorong penyedia kopi Arabica dan Robusta yang menjadi penginisiasi pembuatan grobak keliling di Alun alun, melatih anak muda putus sekolah menjadi peracik kopi berbagai rasa.
“Kini mereka banyak mandiri dan menjadi pemilik grobak sendiri dalam kurung waktu kurang kebih 2 tahun, selama Bupati buka ruang publik ini saya juga persiapkan, padukan skuad penjaja kopi K5 dan Alhamdulillah terbukti sekarang.” Katanya.
Sementara itu, Sumadi pemilik Grobak Dini Coffee di trotoar depan kantor bupati bersyukur dengan kerja ini, kita bisa hidupi keluarga dan sekolahkan anak, hanya meminta jam malam itu diakhiri sehingga tak harus tutup jam 23.00 wita.
“Pada jam itu, waktu puncak puncaknya penikmat kopi dan ngopi di trotoar cuma malam minggu sampai jam 24.00 wita.” Kata Sumadi.
Dia tambahkan, untuk mengantisipasi para pemuda yang tawuran dan balapan liar, tentu lebih tepatnya pihak keamanan menempatkan pos polisi dan menambah personil Satuan Polisi Pamong Praja di lokasi itu.
“Kalau itu anak muda diawasi mungkin baiknya buat pos keamanan Polisi di Alun alun dan lagian ada Pos Satpol-PP di depan kantor bupati, inilah yang ditingkatkan, ditambah personil.” Kata Sumadi.
Laporan : Burhanuddin Haruna.