Kakek Korban Rahmat Bersama Tantenya Hasna |
Kakek Rahmat Tunjukkan Kerang Jenis Kampak Yang Dibeli Anaknya di Pasar |
Jenis Kerang Hijau |
BERITA TERKAIT : KRONOLOGIS 10 WARGA POLMAN KERACUNAN COCCO, 1 ANAK TEWAS!
Tim polewaliterkini.net mencoba menelisik misteri keluarga keracunan kerang, menyebabkan 1 orang, yakni RAHMAT meninggal dunia dan 9 lainnya masih menjalani perawatan di RSUD Kabupaten Polewali Mandar.
Kakek korban, BAHARUDDIN (82), ketika ditemui di rumahnya di Mangaramba mengatakan, anak perempuanya RAHMAWATI tak lain ibu korban RAHMAT membeli isi kerang SOSSONG (Kerang Kampak) di pasar baru polewali dan sudah tidak ada cangkangnya (Kulitnya).
“Itu kerang dibeli anakku SOSSONG (Kerang Kampak), tidak ada mi tempatnya tetapi isi nya sudah kita tahu bahwa SOSSONG. Kita juga tahu ada kerang beracun ada yang tidak, namun selama ini kalau ada keracunan hanya sakit kepala.” Kata Kakek korban, BAHARUDDIN.
Ditempat sama HASNA Alias HASANA (36), kakak RAHMAWATI bercerita bahwa adiknya membeli isi kerang SOSSONG dengan jumlah banyak dan dibawa dengan menggunakan wadah kanton plastik, kemudian mengambilnya sebagian hingga 2 orang anak nya ikut keracunan.
“Jadi RAHMAWATI bawa kerang dalam kantong plastik, saya bagi 2 itu kerang kemudian memasak dengan campur pepaya di rumah, anak saya ikut memakan. Sementara ibu nya RAHMAT dia tumis dan anak-anak nya juga mengkonsumsi.” Kata tante korban, Hasna.
BERITA TERKAIT : KELUARGA KERACUNAN KERANG (COCCO) TOLAK AUTOPSI! PENJUALNYA Hmmm...
Dia menepis jika isi kerang yang dimasak tersentuh zat beracun sebelum di bawah ke rumah nya, karena dia bersama suaminya juga mengkonsumsi. Hanya kemudian setelah mencurigai keluarganya keracunan bergegas meminum air kelapa.
“Jadi tidak ada zat beracun di rumah RAHMAWATI dan rumah saya, seandainya Cuma adik ji saja bersama anak nya keracunan mungkinan ada sesuatu zat beracun dia pegang. Tapi di rumah 2 anak saya ikut keracunan, bahkan saya makan juga.” Cerita Hasana.
Lanjut Kakek RAHMAT, kerang ini dimasak sebelum pelaksanaan sholat Jumat. 22 Juni 2018 kemudian dikonsumsi siang, dan pada sore hari korban RAHMAT saat itu mengadu kepada ibu nya RAHMAWATI merasakan gejala mual dan muntah-muntah.
“Jam setengah 5 sore RAHMAT sudah tidak enak dia rasa, kemudian muntah-muntah. Kita tidak tahu kalau keracunan, na’ bilang orang kesurupan. Dijappi (Bacakan Mantra) tidak mempan. Bilang itu anak anak o’ seperti kah mau terbang, poso kah Mama...poso kah Mama.” Cerita korban RAHMAT ditirukan Kakeknya BAHARUDDIN.
Karena ketidaktahuan cucunya mengalami gejala keracunan sehingga tidak langsung membawa lari ke RSUD Polman. Nantilah setelah Magrib di bawa ke rumah sakit karena tidak ada perubahan dan sudah tak tertolong lagi.
“Magrib di bawa ke rumah sakit, sudah tidak tertolong dan jenazah RAHMAT di kembalikan ke rumah duka di Mangaramba usai sholat Isya.” Kata Kakeknya.
Meski demikian BAHARUDDIN belum menyadari apa penyebab cucu nya sehingga tiba-tiba merasa mual dan meninggal dunia. Kondisi itu baru dia sadari setelah. Sabtu, 23 Juli 2018 sekira pukul 01.00 Wita.
“Baru kita sadar bahwa keracunan setelah ibu korban, yakni RAHMAWATI dan menyusul anak anak nya merasakan gejala yang sama. Dia pun bergegas membawa secepatnya ke RSUD Kabupaten Polewali Mandar.” Tutup BAHARUDDIN.
Kerang jenis Kampak atau Simping (SOSSONG) diketahui tidak beracun, kerang jenis ini memiliki rasa yang lembut dan sangat enak dimakan segar. Kebanyakan orang Perancis menyantapnya selagi masih segar dengan sedikit siraman jeruk nipis, juga dapat diolah menjadi Sup Kerang Kampak dan Kerang Kampak Rebus. Dikutip jitunews.com.
Sementara kerang berbentuk mirip kampak, yakni kerang hijau menurut Dr Yang Zhen-Chang; Kita tahu dari namanya bahwa racun ini berasal dari memakan kerang, seperti coelomactra antiquate. Racun dari kerang kira-kira sama dengan tetrodotoxin.
Setelah memakannya, akan meracuni sistem syaraf kita. Kejadian ini apabila dibiarkan berlanjut maka akan menyebabkan mati rasa di mulut, lidah dan badan.
Dalam kasus keracunan paling serius, kelumpuhan otot dan kegagalan pernafasan mungkin terjadi yang diikuti dengan kematian dalam dua sampai duapuluh lima jam.
Pada kasus yang terjadi di Kabupaten Cirebon, untuk mengetahuinya adalah dengan mengambil sampel kerang hijau tersebut kemudian diuji laboratorium untuk mengetahui kandungan toksin yang ada.
Dan jangan lupa dalam pengambilan sampel gunakan metode ketelusuran (Traceability) seperti di perairan mana kerang hijau itu di budiayakan, dipanen oleh siapa, ditampung dimana, diolah atau tidak sampai dengan dikonsumsi. Dikutip radarcirebon.com.
Laporan : Sukriwandi