Syahrul Petani Rumput Laut Takatidung |
Tiap Kelompok Miliki Hamparan Rumput Laut 10 Hektar |
Rumput laut ini merupakan bahan dasar pembuatan agar agar, prodak berbagai jenis kosmetik serta obat obatan dan kuliner lainnya. Penurunan harga ini diduga dampak naik turunnya dollar dan tukar rupiah sehingga jenis budidaya ini harganya tak menetap
Ketika menemui salah satu petani rumput laut, Syahrul mengatakan, sebulan lalu harga per kilo mencapai Rp. 21 ribu rupiah, namun sepekan ini turun. Walau demikian petani tetap semangat menebar bibit memeliharanya hingga 30-45 hari.
“Kita semangat terus apalagi kita di sini sebagai petani rumput laut ada juga profesi rangkap sebagai nelayan. Jadi penurunan harga tak pengaruhi produksi rumput laut masyarakat.” Kata Syahrul.
Selain menggunakan modal pribadi, dia mengaku juga sering mendapat bantuan dari pemerintah khususnya dinas kelautan dan Perikanan. Bantuan itu berupa tali dan bibit rumput laut.
Terkadang lanjutnya, kondisi cuaca dan oknum penangkap ikan menggunakan zat kimia memaksa petani memanen awal rumput lautnya, alasannya bibit yang terendam di laut tidak akan tumbuh oleh dampak kimia.
“Panen awal karena akibat pencemaran laut oleh orang orang (oknum) tidak bertanggungjawab tebar obat zat zat kimia (racun ikan) sangat mempengaruhi pertumbuhan rumput laut tersebut. Dampak penyebaran itu bisa mencapai kiloan meter, dan kita bisa rugi” Kata Syahrul.
Dia berharap kepada petugas Polairut bisa mencegah para oknum nelayan yang sering menggunakan bahan kimia untuk menangkap ikan, termasuk bom ikan serbuknya juga berpengaruh.
Laporan : Sukriwandi