Jurnalis Burhanuddin Hr dan
pemerhati lingkungan (Direktur LP3L Sulbar) saat berada di kebun karet milik warga di dusun Lakejo. Kamis, 13 Desember 2018 |
POLEWALITERKINI.NET – Dusun Lakejo, Desa Dakka, Kecamatan Tapango, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat, mencatat sejarah baru dibidang tanaman industri perkebunan murni milik rakyat.
Perkebunan milik warga ini juga menjanjikan harapan hidup masa depan petani sebagai pengganti komuditas tanaman kakao (Coklat) yang kini sudah tua dan sudah tidak lagi produktif dan terlebih sudah terserang hama.
Tanaman karet yang sekitar 7 tahun lalu bibitnya ada di Polewali Mandar, namun dinas perkebunan ditengarai tidak merekomendasi tanaman yang bernilai ekonomi tinggi sehingga tidak dianjurkan untuk ditanam karena terkait pemasaran di Sulawesi.
Alasan pemasaran dan pembeli tidak ada sehingga seorang petani asal Wonomulyo bernama Indra waktu itu punya bibit karet sekitar 8000.pohon akhirnya dimusnakan. “Informasi itu cepat menyebar bahwa percuma ditanam belum ada pembelinya”.
Kini selain Lakejo ratusan bibit sudah di tanam desa Tapua, Kecamatan Tapango, hasilnya pun sudah mulai disadat dan hasilnya dilempar ke Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, karena disana ada perkebunan karet yang juga sudah mulai berproduksi.
Seperti ungkapan petani asal Wonomulyo bernama Indra saar ditemui. Sabtu, 8 Desember 2018 di Cafe Mami di sudut Alun alun Pekkabata, Polewali, Polman.
Kepada awak media memberi penjelasan tentang kebaikan usaha perkebunan karet selain karetnya disadat juga pungsinya melestarikan lingkungan dan menjadi penyangga air di hutan serta kayu pohon karet bisa jadi ramuan rumah dan lain lain.
Kata dia, seandainya dari dulu diloloskan ke petani tentu akan mensejahterakan mereka, karena kini harga karet mencapai Rp. 15 ribu rupiah per kilo.
“Ini bisa dihasilkan 1 pohon karet saat disadat getahnya kurang lebih 1 hari satu malam, kali 500 pohon per hektar kita hitung bagaimana tingginya pendapatan petani karet, di Lampung dan di Palembang petani sawitnya rata rata sejahtera.” Ungkap Indra.
Dia tambahkan, di wilayah dusun .lakejo, desa Dakka, Kecamatan Tapango, merupakan penghasil pertama karet di Polewali Mandar dan kini karetnya sudah mulai disadat. Pemiliknya Amri Mega Tinggi dengan luasan lokasi sekitar 4 Hektar.
Perkebunan milik warga ini juga menjanjikan harapan hidup masa depan petani sebagai pengganti komuditas tanaman kakao (Coklat) yang kini sudah tua dan sudah tidak lagi produktif dan terlebih sudah terserang hama.
Tanaman karet yang sekitar 7 tahun lalu bibitnya ada di Polewali Mandar, namun dinas perkebunan ditengarai tidak merekomendasi tanaman yang bernilai ekonomi tinggi sehingga tidak dianjurkan untuk ditanam karena terkait pemasaran di Sulawesi.
Alasan pemasaran dan pembeli tidak ada sehingga seorang petani asal Wonomulyo bernama Indra waktu itu punya bibit karet sekitar 8000.pohon akhirnya dimusnakan. “Informasi itu cepat menyebar bahwa percuma ditanam belum ada pembelinya”.
Kini selain Lakejo ratusan bibit sudah di tanam desa Tapua, Kecamatan Tapango, hasilnya pun sudah mulai disadat dan hasilnya dilempar ke Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, karena disana ada perkebunan karet yang juga sudah mulai berproduksi.
Seperti ungkapan petani asal Wonomulyo bernama Indra saar ditemui. Sabtu, 8 Desember 2018 di Cafe Mami di sudut Alun alun Pekkabata, Polewali, Polman.
Kepada awak media memberi penjelasan tentang kebaikan usaha perkebunan karet selain karetnya disadat juga pungsinya melestarikan lingkungan dan menjadi penyangga air di hutan serta kayu pohon karet bisa jadi ramuan rumah dan lain lain.
Kata dia, seandainya dari dulu diloloskan ke petani tentu akan mensejahterakan mereka, karena kini harga karet mencapai Rp. 15 ribu rupiah per kilo.
“Ini bisa dihasilkan 1 pohon karet saat disadat getahnya kurang lebih 1 hari satu malam, kali 500 pohon per hektar kita hitung bagaimana tingginya pendapatan petani karet, di Lampung dan di Palembang petani sawitnya rata rata sejahtera.” Ungkap Indra.
Dia tambahkan, di wilayah dusun .lakejo, desa Dakka, Kecamatan Tapango, merupakan penghasil pertama karet di Polewali Mandar dan kini karetnya sudah mulai disadat. Pemiliknya Amri Mega Tinggi dengan luasan lokasi sekitar 4 Hektar.
Laporan : Burhanuddin Haruna