Ilustrasi |
Oleh : Sukriwandi
(Pemimpin Redaksi Polewaliterkini.net)
Polewali Mandar, Sulawesi Barat, hadapi masalah serius. Pernyataan ini seringkali diungkapkan praktisi hukum dan LSM. Bahkan, sosialisasi tantang kondisi Polman dilakukan berulang. Tetapi faktanya penyelesaiannya atas masalah Polman tak pernah jelas.
Hampir penyelesaiannya sebatas teori berputar pada perdebatan warung kopi. Bahkan, ketika kejahatan seksual anak jadi ancaman serius di Polman, maka penguatan keluarga menjadi layak dilakukan. Upaya perlidungan pemerintah mulai dari pelosok desa perlu menjadi pilihan, jika kita ingin menyelamatkan generasi Polman.
Mengatasi masalah Polman ke depan, dalam dunia digital pendekatan penyelesaian persoalan harus lebih nyata dan konkret. Tak perlu berteori, terpenting kemauan melaksanakan. Dalam menjaga Polman melalui pendekatan era digital semestinya berkomitmen bersama.
Melalui itu, peluang dan gerak langkah bisa sejalan. Di sini Juga pentingnya tokoh dan pemimpin yang peka, tanggap atas persoalan Polman. Dalam konteks ini jadi keharusan pemimpin paham pendidikan dan pendekatan keluarga, dan memiliki keberanian membangun SDM.
Hal mesti dilakukan dalam konteks membangun SDM, pemimpin Polman harus berani melakukan pencegahan mulai dari pelosok desa. Jangan hancurkan masa depan anak Polman dengan mengejar PAD. Sebab Jika tak kita lakukan tantangan makin berat. Maka penting bagi kita semua menyatukan persepsi dalam membangun Polman.
Dalam hal membangun SDM dan penguatan pendidikan keluarga, tentu sudah ada konsep pakar dan ahli hukum yang berupaya menawarkan solusi. Bahkan, sudah banyak program pemerintah terjabar untuk menjaga tingginya angka kejahatan seksual anak baik selaku korban maupun pelaku. Namun, tantangan pendidikan dan perkembangan teknologi membuat berbagai program terasa tak tepat sasaran.
Kondisi masyarakat menyesuaikan secara cepat membuat langkah pencegahan mendapat hambatan serius. Belum lagi kerap upaya membangunan SDM itu terhambat aturan dan keberpihakan pemerintah minim. Padahal, untuk menuju Polman ramah anak, dibutuhkan pemahaman khusus terkait pendidikan keluarga secara merata.
Sekiranya, pemberian pemahaman atas pendidikan keluarga ini akan sangat berpengaruh pada perkembangan pribadi dan sosial anak. Jika ini bisa dilakukan maka penyelamatan pada lingkup keluarga dapat berjalan sesuai arahnya.
Sementara dari pengelolaan lingkungan pendidikan, Polman tentu perlu juga mendapat perlakuan khusus. Masyarakat Polman banyak bersinggungan dengan kemiskinan, ini tentu memerlukan keberpihakan dan kearifan pemerintah pusat dan daerah dalam memberikan ruang. Jangan berkesan mengabaikan hak-hak masyarakat dalam mendapatkan pendidikan yang layak.
Demikianlah juga sejalan dengan pengelolaan pendidikan agama yang mulai seperti terabaikan di wilayah pelosok desa dan perkotaan. Dari itu, perlu ada Sinergitas dalam mengelola pendidikan demi kepentingan masyarakat dalam memberikan pendidikan dalam lingkup keluarga.
Pemerintah Daerah semestinya paham bahwa Lingkungan yang dimaksud lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat, sehingga pengelolaan pendidikan di kawasan pelosok dan perkotaan juga mendapat pengawalan kementerian agama. Tentu ini memiliki hubungan bagi warga dalam menjaga dan meminimalisir kejahatan seksual khususnya anak.
Melalui pendidikan agama, masyarakat tentu akan menjaga sikap, perilaku yang baik sehingga akan terbentuk kepribadian anak yang baik pula. Perlu diterapkan sejak dini untuk menghindari pergaulan bebas. Jika ini terjadi maka kejahatan seksual anak akan semakin terasa.
Dari itu, sangat penting pemerintah melakukan pencegahan terhadap wilayah pelosok. Ini mengisyaratkan pentingnya Polman memiliki pemimpin yang paham pendidikan keluarga dan bersinergi dengan penyuluh agama. Dengan alasan itu berharap pemimpin Polman tak hanya mengejar PAD dari berbagai aspek, tetapi mampu memetahkan potensi dan kerawanan wilayah.
Di dalamnya termasuk pengelolaan dan penguatan hubungan silaturahim sesama warga. Ini perlu juga pemahaman mendalam dan jelas. Bahwa kebiasaan yang baik warga Polman akan sulit bertahan jika warga tak diberikan pemahaman untuk membangunnya secara dini.
Lebih penting pemerintah daerah memahami perkembangan keberadaan masyarakat dalam melakukan pendekatan pembentukan pendidikan karakter anak. Kalau masyarakat Polman masih sebagian hidup dalam kemiskinan maka potensi pencegahan akan melemah juga.
(Pemimpin Redaksi Polewaliterkini.net)
Polewali Mandar, Sulawesi Barat, hadapi masalah serius. Pernyataan ini seringkali diungkapkan praktisi hukum dan LSM. Bahkan, sosialisasi tantang kondisi Polman dilakukan berulang. Tetapi faktanya penyelesaiannya atas masalah Polman tak pernah jelas.
Hampir penyelesaiannya sebatas teori berputar pada perdebatan warung kopi. Bahkan, ketika kejahatan seksual anak jadi ancaman serius di Polman, maka penguatan keluarga menjadi layak dilakukan. Upaya perlidungan pemerintah mulai dari pelosok desa perlu menjadi pilihan, jika kita ingin menyelamatkan generasi Polman.
Mengatasi masalah Polman ke depan, dalam dunia digital pendekatan penyelesaian persoalan harus lebih nyata dan konkret. Tak perlu berteori, terpenting kemauan melaksanakan. Dalam menjaga Polman melalui pendekatan era digital semestinya berkomitmen bersama.
Melalui itu, peluang dan gerak langkah bisa sejalan. Di sini Juga pentingnya tokoh dan pemimpin yang peka, tanggap atas persoalan Polman. Dalam konteks ini jadi keharusan pemimpin paham pendidikan dan pendekatan keluarga, dan memiliki keberanian membangun SDM.
Hal mesti dilakukan dalam konteks membangun SDM, pemimpin Polman harus berani melakukan pencegahan mulai dari pelosok desa. Jangan hancurkan masa depan anak Polman dengan mengejar PAD. Sebab Jika tak kita lakukan tantangan makin berat. Maka penting bagi kita semua menyatukan persepsi dalam membangun Polman.
Dalam hal membangun SDM dan penguatan pendidikan keluarga, tentu sudah ada konsep pakar dan ahli hukum yang berupaya menawarkan solusi. Bahkan, sudah banyak program pemerintah terjabar untuk menjaga tingginya angka kejahatan seksual anak baik selaku korban maupun pelaku. Namun, tantangan pendidikan dan perkembangan teknologi membuat berbagai program terasa tak tepat sasaran.
Kondisi masyarakat menyesuaikan secara cepat membuat langkah pencegahan mendapat hambatan serius. Belum lagi kerap upaya membangunan SDM itu terhambat aturan dan keberpihakan pemerintah minim. Padahal, untuk menuju Polman ramah anak, dibutuhkan pemahaman khusus terkait pendidikan keluarga secara merata.
Sekiranya, pemberian pemahaman atas pendidikan keluarga ini akan sangat berpengaruh pada perkembangan pribadi dan sosial anak. Jika ini bisa dilakukan maka penyelamatan pada lingkup keluarga dapat berjalan sesuai arahnya.
Sementara dari pengelolaan lingkungan pendidikan, Polman tentu perlu juga mendapat perlakuan khusus. Masyarakat Polman banyak bersinggungan dengan kemiskinan, ini tentu memerlukan keberpihakan dan kearifan pemerintah pusat dan daerah dalam memberikan ruang. Jangan berkesan mengabaikan hak-hak masyarakat dalam mendapatkan pendidikan yang layak.
Demikianlah juga sejalan dengan pengelolaan pendidikan agama yang mulai seperti terabaikan di wilayah pelosok desa dan perkotaan. Dari itu, perlu ada Sinergitas dalam mengelola pendidikan demi kepentingan masyarakat dalam memberikan pendidikan dalam lingkup keluarga.
Pemerintah Daerah semestinya paham bahwa Lingkungan yang dimaksud lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat, sehingga pengelolaan pendidikan di kawasan pelosok dan perkotaan juga mendapat pengawalan kementerian agama. Tentu ini memiliki hubungan bagi warga dalam menjaga dan meminimalisir kejahatan seksual khususnya anak.
Melalui pendidikan agama, masyarakat tentu akan menjaga sikap, perilaku yang baik sehingga akan terbentuk kepribadian anak yang baik pula. Perlu diterapkan sejak dini untuk menghindari pergaulan bebas. Jika ini terjadi maka kejahatan seksual anak akan semakin terasa.
Dari itu, sangat penting pemerintah melakukan pencegahan terhadap wilayah pelosok. Ini mengisyaratkan pentingnya Polman memiliki pemimpin yang paham pendidikan keluarga dan bersinergi dengan penyuluh agama. Dengan alasan itu berharap pemimpin Polman tak hanya mengejar PAD dari berbagai aspek, tetapi mampu memetahkan potensi dan kerawanan wilayah.
Di dalamnya termasuk pengelolaan dan penguatan hubungan silaturahim sesama warga. Ini perlu juga pemahaman mendalam dan jelas. Bahwa kebiasaan yang baik warga Polman akan sulit bertahan jika warga tak diberikan pemahaman untuk membangunnya secara dini.
Lebih penting pemerintah daerah memahami perkembangan keberadaan masyarakat dalam melakukan pendekatan pembentukan pendidikan karakter anak. Kalau masyarakat Polman masih sebagian hidup dalam kemiskinan maka potensi pencegahan akan melemah juga.