POLEWALITERKINI.NET - Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana, Pemberdayaan, Perlindungan Perempuan dan Anak (DPPKB PPA) mengakui bahwa minat warga untuk menggunakan alat kontrasepsi (Alkon) jenis kondom di Polman masih terbilang rendah.
Kepala DPPKB PPA Polman, Ahmad Kilang menyampaikan, paling besar pencapaian Alkon yakni melalui alat suntik KB dan paling kurang diminati adalah kondom, sebab ada berbagai alasan yang disampaikan oleh masyarakat. Salah satunya adalah hubungan yang dirasa kurang nyaman.
"Di Polman ini Alkon paling diminati itu suntik dan terendah kondom." Kata Kepala DPPKB PPA Polman, Ahmad Kilang. Selasa, 12 Februari 2019.
Selain itu, kata Ahmad Kilang, banyaknya Pasangan Usia Subur (PUS) di Polman perbandingannya menyamai PUS 3 kabupaten di Sulbar digabung menjadi satu, hal itu lantaran jumlah penduduk di Polman memang terbesar di Sulbar.
"PUS di Polman itu sebanyak 65,988 sedangkan pasangan KB Aktifnya berjumlah 43,933." Jelas Ahmad Kilang.
Menurutnya, PUS berkisar antara usia 20-49 tahun dimana pasangan laki-laki dan perempuan sudah cukup matang dalam segala hal terlebih organ reproduksinya sudah berfungsi dengan baik. Pada masa ini pasangan usia subur harus dapat menjaga dan memanfaatkan reproduksinya dengan menekan angka kelahiran dengan metode keluarga berencana.
"Bisa juga laki laki menggunakan alkon, karena memang ada alkon khusus laki laki." Kata Ahmad Kilang.
Sebab itu, Dinas PPKB PPA pun menggalakkan kepesertaan KB dengan program Kampung KB yang sudah ada di 43 titik tersebar di 16 kecamatan di Polman.
"Kemarin yang disarankan pak Bupati segera ditangani adalah masalah kemiskinan, stunting, gizi buruk dan termasuk pencapaian KB." Ungkap Ahmad Kilang.
Dia menambahkan, kendala selama ini yang menghambat pencapaian KB di Polman yaitu persoalan lebih besar jumlah penduduk dibanding tenaga penyuluh KB, sedangkan Kecamatan yang paling rendah capaian KB nya yakni Alu, disusul Balanipa dan Matangnga karena kondisi geografis wilayah.
"Kami sudah aktif memberikan pelayanan hanya saja jumlah penduduk lebih besar, sementara kita prioritaskan di pesisir pantai dan pegunungan dulu yang mayoritas masyarakatnya kurang mampu." Tutup Ahmad Kilang.
Kepala DPPKB PPA Polman, Ahmad Kilang menyampaikan, paling besar pencapaian Alkon yakni melalui alat suntik KB dan paling kurang diminati adalah kondom, sebab ada berbagai alasan yang disampaikan oleh masyarakat. Salah satunya adalah hubungan yang dirasa kurang nyaman.
"Di Polman ini Alkon paling diminati itu suntik dan terendah kondom." Kata Kepala DPPKB PPA Polman, Ahmad Kilang. Selasa, 12 Februari 2019.
Selain itu, kata Ahmad Kilang, banyaknya Pasangan Usia Subur (PUS) di Polman perbandingannya menyamai PUS 3 kabupaten di Sulbar digabung menjadi satu, hal itu lantaran jumlah penduduk di Polman memang terbesar di Sulbar.
"PUS di Polman itu sebanyak 65,988 sedangkan pasangan KB Aktifnya berjumlah 43,933." Jelas Ahmad Kilang.
Menurutnya, PUS berkisar antara usia 20-49 tahun dimana pasangan laki-laki dan perempuan sudah cukup matang dalam segala hal terlebih organ reproduksinya sudah berfungsi dengan baik. Pada masa ini pasangan usia subur harus dapat menjaga dan memanfaatkan reproduksinya dengan menekan angka kelahiran dengan metode keluarga berencana.
"Bisa juga laki laki menggunakan alkon, karena memang ada alkon khusus laki laki." Kata Ahmad Kilang.
Sebab itu, Dinas PPKB PPA pun menggalakkan kepesertaan KB dengan program Kampung KB yang sudah ada di 43 titik tersebar di 16 kecamatan di Polman.
"Kemarin yang disarankan pak Bupati segera ditangani adalah masalah kemiskinan, stunting, gizi buruk dan termasuk pencapaian KB." Ungkap Ahmad Kilang.
Dia menambahkan, kendala selama ini yang menghambat pencapaian KB di Polman yaitu persoalan lebih besar jumlah penduduk dibanding tenaga penyuluh KB, sedangkan Kecamatan yang paling rendah capaian KB nya yakni Alu, disusul Balanipa dan Matangnga karena kondisi geografis wilayah.
"Kami sudah aktif memberikan pelayanan hanya saja jumlah penduduk lebih besar, sementara kita prioritaskan di pesisir pantai dan pegunungan dulu yang mayoritas masyarakatnya kurang mampu." Tutup Ahmad Kilang.
Laporan : Achmad Gazali