POLEWALITERKINI.NET - Hubungan sedarah atau incest merupakan tindakan seksual yang dilakukan oleh dua orang yang masih memiliki ikatan keluarga. Hubungan sedarah yang melibatkan anak merupakan bentuk pelecehan seksual anak. Dampak buruk dapat terjadi akibat menjalani hubungan abnormal ini.
BERITA TERKAIT : Apa Alasan Bapak Setubuhi Anak Kandung di Ugi Baru Polman? Simak Yuk...
Menjalani hubungan sedarah dapat berdampak negatif pada keturunan biologis Anda. Mengapa? Itu karena pasangan yang masih memiliki ikatan darah dapat membawa gen resesif yang langka, yang jika keduanya bertemu dapat menyebabkan penyakit bawaan atau cacat genetik pada janin yang dikandung. Jika tidak berasal dari garis keturunan yang sama, maka pasangan akan lebih kecil kemungkinannya untuk mewariskan gen resesif abnormal pada anak yang dikandung.
Efek Fisik dan Psikis Akibat Hubungan Sedarah, Berikut beberapa kemungkinan buruk yang dapat terjadi pada keturunan yang berasal dari hubungan sedarah:
1. Anak berisiko tinggi terlahir dengan kelainan genetik.
2. Gangguan mental dan disabilitas intelektual.
3. Kelainan fisik bawaan.
4. Kematian.
Jika hubungan sedarah merupakan suatu pelecehan seksual, dampak buruk tidak hanya mengintai keturunannya, tapi juga terjadi pada korban (kebanyakan wanita), baik berupa gangguan secara fisik maupun psikologis. Gangguan fisik yang dapat terjadi, antara lain:
Menjalani hubungan sedarah dapat berdampak negatif pada keturunan biologis Anda. Mengapa? Itu karena pasangan yang masih memiliki ikatan darah dapat membawa gen resesif yang langka, yang jika keduanya bertemu dapat menyebabkan penyakit bawaan atau cacat genetik pada janin yang dikandung. Jika tidak berasal dari garis keturunan yang sama, maka pasangan akan lebih kecil kemungkinannya untuk mewariskan gen resesif abnormal pada anak yang dikandung.
Efek Fisik dan Psikis Akibat Hubungan Sedarah, Berikut beberapa kemungkinan buruk yang dapat terjadi pada keturunan yang berasal dari hubungan sedarah:
1. Anak berisiko tinggi terlahir dengan kelainan genetik.
2. Gangguan mental dan disabilitas intelektual.
3. Kelainan fisik bawaan.
4. Kematian.
Jika hubungan sedarah merupakan suatu pelecehan seksual, dampak buruk tidak hanya mengintai keturunannya, tapi juga terjadi pada korban (kebanyakan wanita), baik berupa gangguan secara fisik maupun psikologis. Gangguan fisik yang dapat terjadi, antara lain:
1. Nyeri pada vagina.
2. Nyeri pada anus.
3. Perdarahan.
4. Infeksi pada alat kelamin, dengan gejala berupa keputihan atau nyeri saat berkemih.
5. Terkena penyakit menular seksual.
6. Mengompol.
7. Konstipasi.
8. Kehamilan yang tidak diinginkan.
9. Gangguan psikologis yang dapat terjadi, antara lain:
10. Depresi.
11. Mengalami gangguan tidur.
2. Nyeri pada anus.
3. Perdarahan.
4. Infeksi pada alat kelamin, dengan gejala berupa keputihan atau nyeri saat berkemih.
5. Terkena penyakit menular seksual.
6. Mengompol.
7. Konstipasi.
8. Kehamilan yang tidak diinginkan.
9. Gangguan psikologis yang dapat terjadi, antara lain:
10. Depresi.
11. Mengalami gangguan tidur.
GANGGUAN STRES PASCA TRAUMA (PTSD).
1. Mengalami mimpi buruk.
2. Fobia.
3. Gangguan makan.
4. Menarik diri dari lingkungan.
5. Penyalahgunaan narkoba.
6. Menjalani perilaku seksual sebelum waktunya.
7. Ide atau percobaan bunuh diri.
Hubungan sedarah yang merupakan pelecehan seksual biasanya terjadi antara orang tua dan anak kandungnya, namun bisa juga antar saudara kandung, atau anggota keluarga lain. Hubungan ini dapat terjadi berulang kali dan tanpa diketahui oleh anggota keluarga lainnya. Korban mungkin memilih bungkam dan bersedia dilecehkan karena tidak ingin melihat keluarganya mengalami perpecahan.
Orang tua yang melakukan hubungan seksual sedarah dengan anaknya sendiri biasanya memiliki moral yang rendah dan kerap beraksi tanpa akal sehat karena dipengaruhi minuman beralkohol atau obat-obatan terlarang.
Badan Kesehatan Dunia atau WHO menyatakan bahwa hubungan sedarah dalam keluarga lebih berisiko dilakukan oleh orang tua yang semasa kecilnya juga pernah menjadi korban pelecehan seksual oleh keluarganya.
MENDETEKSI DAN MENGHINDARI HUBUNGAN SEDARAH
Kasih sayang di antara keluarga memang merupakan salah satu tanda kedekatan dan bentuk hubungan yang wajar. Namun jika perasaan tersebut berlanjut hingga terjalin hubungan seksual sedarah, maka ini bukan lagi hal yang normal.
Di Indonesia, hubungan sedarah adalah hubungan yang tidak diakui di mata hukum. Bahkan tindakan seksual terhadap anak di bawah umur (di bawah usia 18 tahun) yang dilakukan oleh anggota keluarga sendiri merupakan bentuk pelanggaran hukum yang diatur oleh UU No. 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
Jika Anda mendapati adanya gelagat yang tidak biasa di dalam keluarga, Anda mungkin bisa mencurigai kondisi ini. Coba dekati anak Anda, tanyakan kepadanya secara baik-baik mengenai apa yang dia alami. Jika dia terlihat tertekan dan tidak mau bercerita saat itu, jangan memaksanya. Anda bisa menanyakannya lagi di lain waktu saat kondisinya memungkinkan.
Bila perlu, Anda bisa membawa saudara atau anak yang dicurigai memiliki hubungan sedarah untuk berkonsultasi ke dokter dan mendapat pemeriksaan lebih lanjut. Jika terdapat indikasi kuat adanya hubungan sedarah yang terkait pelecehan seksual, maka hal ini perlu mendapat tindak lanjut dari pihak yang berwajib.
2. Fobia.
3. Gangguan makan.
4. Menarik diri dari lingkungan.
5. Penyalahgunaan narkoba.
6. Menjalani perilaku seksual sebelum waktunya.
7. Ide atau percobaan bunuh diri.
Hubungan sedarah yang merupakan pelecehan seksual biasanya terjadi antara orang tua dan anak kandungnya, namun bisa juga antar saudara kandung, atau anggota keluarga lain. Hubungan ini dapat terjadi berulang kali dan tanpa diketahui oleh anggota keluarga lainnya. Korban mungkin memilih bungkam dan bersedia dilecehkan karena tidak ingin melihat keluarganya mengalami perpecahan.
Orang tua yang melakukan hubungan seksual sedarah dengan anaknya sendiri biasanya memiliki moral yang rendah dan kerap beraksi tanpa akal sehat karena dipengaruhi minuman beralkohol atau obat-obatan terlarang.
Badan Kesehatan Dunia atau WHO menyatakan bahwa hubungan sedarah dalam keluarga lebih berisiko dilakukan oleh orang tua yang semasa kecilnya juga pernah menjadi korban pelecehan seksual oleh keluarganya.
MENDETEKSI DAN MENGHINDARI HUBUNGAN SEDARAH
Kasih sayang di antara keluarga memang merupakan salah satu tanda kedekatan dan bentuk hubungan yang wajar. Namun jika perasaan tersebut berlanjut hingga terjalin hubungan seksual sedarah, maka ini bukan lagi hal yang normal.
Di Indonesia, hubungan sedarah adalah hubungan yang tidak diakui di mata hukum. Bahkan tindakan seksual terhadap anak di bawah umur (di bawah usia 18 tahun) yang dilakukan oleh anggota keluarga sendiri merupakan bentuk pelanggaran hukum yang diatur oleh UU No. 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
Jika Anda mendapati adanya gelagat yang tidak biasa di dalam keluarga, Anda mungkin bisa mencurigai kondisi ini. Coba dekati anak Anda, tanyakan kepadanya secara baik-baik mengenai apa yang dia alami. Jika dia terlihat tertekan dan tidak mau bercerita saat itu, jangan memaksanya. Anda bisa menanyakannya lagi di lain waktu saat kondisinya memungkinkan.
Bila perlu, Anda bisa membawa saudara atau anak yang dicurigai memiliki hubungan sedarah untuk berkonsultasi ke dokter dan mendapat pemeriksaan lebih lanjut. Jika terdapat indikasi kuat adanya hubungan sedarah yang terkait pelecehan seksual, maka hal ini perlu mendapat tindak lanjut dari pihak yang berwajib.
SUMBER : Artikel ini telah tayang di ALO DOKTER https://www.alodokter.com/bahaya-yang-mengintai-akibat-hubungan-sedarah