 |
| Herul Anam, menantu pemilik lahan Bantah, tidak pernah perintahkan warga yang menempati lahannya untuk membongkar rumahnya lantaran suara caleg sedikit. (Foto : Nadi). |
PolewaliTerkini.Net - POLMAN - Terkait pemberitaan satu rumah warga milik Becce, di Dusun Salu Paku, Desa Indo Makkombong, Kecamatan Matakali, Kabupaten Polewali Mandar (Polman), terpaksa dibongkar sendiri.
TERKAIT : 1 Rumah Dibongkar, Lantaran Suara Caleg Pemilik Lahan Sedikit!
Ini lantaran suara salah satu Calon Legislatif (Caleg) anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Polman, nomor urut Enam dibantahkan pemilik lahan.
Kata menantu pemilik lahan, tidak pernah memerintahkan keluarga Becce, untuk melakukan pembongkaran rumah di lahan miliknya di Dusun Salu Paku, Desa Indo Makkombong, Kecamatan Matakali, Kabupaten Polewali Mandar (Polman).
Meskipun perolehan suara cucu pemilik lahan, yakni salah satu Calon Legislatif (Caleg) anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Polman, Daerah Pemilihan (Dapil) Polman 5. Sangat sedikit di Tempat Pemungutan Suara (TPS) di Dusun setempat.
Menantu pemilik lahan, Herul Anam, mengatakan, orang tuanya tidak pernah memerintahkan kepada Becce dan anaknya yang menempati lahan miliknya di Dusun Salu Paku, untuk melakukan pembongkaran rumah miliknya.
Apalagi dilatarbelakangi perolehan suara cucunya sebagai salah satu Caleg anggota DPRD Kabupaten Polman, Dapil Matakali Tapango dan Matangnga di salah satu partai politik peserta pemilu di TPS Dusun Salu Paku, Kabupaten Polman.
"Salah argumen, karena orang tua kami tidak pernah memerintahkan melakukan pembongkaran. Terkait masalah suara sedikit. Jadi tidak ada perintah seperti itu untuk melakukan pembongkaran rumah." Sebutnya,
Disampaikan pemilik lahan. Dirinya ke lahan yang ditempati Becce dan anaknya, di Dusun Salu Paku, hanya untuk mengukur lahan miliknya dan lahan yang ditempati Becce dan anaknya.
Karena adanya proyek Program Sertifikasi Tanah (Prona) di Desa Indo Makkombong, Kabupaten Polman.
"Dirinya memang masuk pada hari Selasa, cuma untuk melakukan pengukuran tanah dan surat jual beli tanah. Karena adanya proyek Prona, dimana masyarakat di sana meminta surat-surat kelengkapan untuk pengurusan sertifikat Prona." Katanya.
Lebih lanjut, setelah melakukan pengukuran lahan, ternyata tidak sesuai ukurannya, menurut orang tuanya dan perjanjian jual beli.
Berdasar perjanjian seharusnya luas lokasinya 12 kali 23 Meter, namun pada waktu diukur menjadi 27 Meter. Atau kelebihan 4 Meter.
Selain itu, anak Becce juga menyatakan surat ukuran tanah yang dimilikinya hilang.
Dasar itu sehingga meminta Becce dan anaknya untuk didiskusikan baik-baik. Dan saat dirinya pulang dari lokasi, tidak pernah menyampaikan untuk membongkar rumahnya.
Bahkan meminta untuk menyelesaikan persoalan itu dengan tenang dan secara kekeluargaan. Namun besoknya melihat berita, terkait masalah politik, menyebabkan dirinya heran.
"Tidak sesuai menurut orang tua kami, tidak sesuai perjanjian jual beli yang dimiliki anaknya Becce. Setelah saya ukur ternyata lebih 4 Meter. Pada saat dirinya pulang usai pengukuran tidak pernah berkomentar tentang pembongkaran rumah." Tandasnya.
Dia juga meminta kepada warga yang tinggal di lokasi miliknya untuk tidak permasalahkan lahannya yang di tempati.
Namun jika ada masalah untuk segera menyampaikan kepadanya, agar dibicarakan secara baik-baik.
"Saya kira warga itu tidak usalah terlalu permasalahkan. Kami bermaksud menolong, jika ada permasalahan tolong bicara baik-baik dengan keluarga kami. Keluarga kami akan menerima jika ada pembicaraan baik-baik, tidak usah seperti ini, jadi kami Klarifikasi." Katanya.
Laporan : Nadi
