![]() |
H. M. Makmur, Spd. Kepala Dinas Pendidikan Kota Parepare. (Foto : Muhammad Idris). |
PolewaliTerkini.Net – PAREPARE - Mantan Kepala Sekolah Menengah Pertama Negeri 7 Parepare dan Kepala SMPN 4 Parepare, H. M. Makmur, S.Pd, saat ini sukses menekuni kariernya sebagai Kepala Sekolah.
Makmur, setelah menjabat Kepala Sekolah kini mendapat amanah menduduki posisi Kepala Dinas Pendidikan Kota Parepare, dimana dilantik 07 Oktober 2023 tahun lalu.
Momentum ini tentu berpotensi menjadi motivasi tersendiri bagi guru dan para kepala sekolah lainnya.
Bahwa ternyata Kepala Sekolah punya peluang dan berpotensi menjadi Kepala Dinas Pendidikan di daerah.
Perjalanan kariernya tidak terlepas dari kebijakan Walikota Parepare, semasa dijabat, H M. Taufan Pawe, SH MH.
Dimana telah mengangkat Kepala Dinas Pendidikan Kota Parepare dari figur berlatar belakang Kepala Sekolah.
Kebijakan ini tampaknya dinilai cukup pas dan tepat, pasalnya seorang Kepala Sekolah memiliki pengalaman langsung bersentuhan di lapangan.
Dan memiliki kemampuan bagaimana mengelola sekolah dengan baik.
Selain itu juga mengetahui strategi atau langkah-langkah untuk meningkatkan mutu pendidikan sekolah di sebuah daerah.
M. Makmur, Spd. adalah salah satu figur pejabat yang terkesan cukup akrab dengan insan pers dan LSM di Parepare.
Ketika ditemui di ruang kerjanya, secara polos dan sederhana mengatakan, saat ini memiliki banyak Kepala Sekolah berlatar belakang usia muda.
Meski demikian diketahui dalam Peraturan Menteri (Permen) memiliki batasan yang mengatur paling lama 16 tahun menjabat kepala sekolah.
Tentu ke depannya setelah berusia 46 tahun memiliki dua pilihan, yakni mau jadi pengawas atau masuk diposisi jabatan struktural.
Di posisi jabatan struktural, mereka mungkin bisa jadi Kepala Bidang (Kabid) atau pengawas, akan tetapi untuk masuk jadi pengawas perlu melalui Uji Kompetensi (UKOM).
Dia bercerita bahwa setelah 14 Tahun menjadi kepala sekolah, sedini mungkin mempersiapkan diri mengikuti Ukom di LP2S di Solo..Bersama 6 orang dari Parepare mengikuti hanya dia lulus tes jadi pengawas.
Pada saat itu kesiapannya meninggalkan posisi Kepala Sekolah matang, karena sudah menduduki Kasek selama 14 tahun.
Dirinya menyiapkan semua alternatif dengan pertimbangan, jika nanti berkeinginan menjadi pengawas syaratnya sudah dikantongi dan terpenuhi.
Begitu ada tawaran masuk struktural kesiapannya tak diragukan, sehingga menyampaikan dimana saja ditempatkan ia siap membantu pemerintah kota.
Akhirnya, Walikota pada saat itu menganggap latar belakangnya dinilai cocok digunakan ke seluruh kepala sekolah di Parepare.
Dan Alhamdulillah saat itu di BPPMP mendapat penghargaan di bidang perencanaan pendidikan berbasis data penanganan kinerja guru dan ada lagi festival kurikulum merdeka.
Selain itu juga mendapat predikat juara di tingkat Provinsi, atas pemanpaatan pengalaman sewaktu menjadi kepala sekolah.
Yakni, bagaimana menggerakkan guru, bagaimana memajukan sekolah. "Alhamdulillah karena berdasar pada pengalaman maka kita tahu hal tersebut." Cerita M. Makmur, Spd.
Berkisah bahwa masalah sekolah yang dipimpinnya, yakni SMPN 7 dan SMPN 4 Parepare, bisa teratasi dan meningkatkan jumlah peserta didik.
Kata dia, bersyukur karena berangkat dari pengalaman sekolah yang sebelumnya belum memiliki prestasi menggembirakan menjadi lebih baik.
"Ia ingat betul di SMPN 7 Parepare cuma memiliki siswa paling banyak 2 rombongan belajar (rombel), Alhamdulillah setelah dia kelola berkembang menjadi 4 rombel." Ujarnya.
Munculnya prestasi seperti itu berkat dirinya dan personil sekolah mempelajari kondisi masyarakat.
Ternyata berdasarkan kajian masyarakat, hampir merata mereka berkeinginan menyekolahkan anaknya, hanya saja terkendala sejumlah masalah.
Pertama, tidak adanya kendaran pribadi sebagai alat angkut ke sekolah, dimana saat itu belum ada angkutan kota (pete-pete).
Para orang tua siswa juga pada pagi hari bergerak bekerja sebagai petani sawah dan kebun. Kondisi itu memaksa siswa berjalan kaki sampai 4 kilometer.
Dia pun berinisiatif mengumpulkan seluruh orang tua siswa, kemudian memilah mana mampu dan tidak mampu untuk selanjutnya diajak berdiskusi.
Dari hasil pertemuan itu, sekira 40-an lebih orang tua siswa menyarankan pihak sekolah memfasilitasi angkutan kota (Pete-pete) 3 unit khusus untuk melayani jemput dan antar anak sekolah.
Dan menyepakati membebaskan siswa tergolong orang tuanya berpenghasilan rendah dari biaya angkot, bahkan yang tidak mampu juga diberikan tambahan bantuan.
Berkenaan pertemuan itu pihak sekolah mendapatkan bantuan pendidikan gratis berbentuk sewa angkot sebesar Rp. 500.000, untuk 20 siswa.
Dari dana Rp. 10 juta ini pihak sekolah kemudian mengontrak angkutan kota (pete-pete) Rp. 1 juta/bulan untuk mengantar jemput anak sekolah.
Mulai saat itu akhirnya berkembang di semua sekolah menerapkan cara itu.
Sukses nahkodai SMPN 7. Dia pun berpraktik di Makassar, karena dilibatkan sebagai kepala sekolah terbaik di tingkat Kota.
Bahkan saat itu tim penilai menyampaikan baru kali ini ia mendapat inovasi seperti itu dan luar biasa dampaknya terhadap siswa.
Terbukti tidak ada anak drop out, tidak ada terlambat masuk ke sekolah dan orang tua merekapun juga merasa aman dan nyama.
Dimana sebelumnya orang tua mereka selalu was-was jika anaknya tidak sampai di sekolah, dan kembalinya pun tidak diragukan ada gangguan di jalan.
"Alhamdulillah atas dampak itu di Makassar, Makmur dinobatkan sebagai inovasi peringkat ke 2 Sulawesi Selatan." Ucapnya mengenang.
Laporan : Muhammad Idris