Iklan


 

Kasus HIV AIDS Polman Tertinggi di Sulbar, Kohati HMI Harapkan Dinkes Lakukan Penanganan

Jumat, 21 Februari 2025 | 11:39 WIB Last Updated 2025-02-21T03:39:18Z

Ketua Kohati HMI Cabang Polewali Mandar, Fitriani. desak pemerintah segera melakukan langkah penanganan Kasus HIV AIDS, di Kabupaten Polewali Mandar. Mengalami peningkatan tertinggi di Provinsi Sulawesi Barat. (Foto : Dok. Kohati HMI Cabang Polewali Mandar).

PolewaliTerkini.Net - POLMAN - Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) mencatat peningkatan signifikan kasus HIV/ AIDS. Hingga 18 Februari 2025, jumlah kasus mencapai 206 orang, meningkat dari 180 kasus pada Desember 2024.


Kepala Bidang Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit (P2P) Dinkes Provinsi Sulawesi Barat, dr. Indah Nursyamsi, menyatakan. Kasus HIV/AIDS tersebar di 6 kabupaten, di wilayah Provinsi Sulawesi Barat. 


Dimana Kabupaten Polewali Mandar (Polman), menjadi daerah dengan angka tertinggi mencatat sebanyak 87 kasus. Disusul Kabupaten Mamuju dengan 55 kasus, Kabupaten Majene sebanyak 29 kasus. Kabupaten Mamuju Tengah sebanyak 13 kasus. Kabupaten Pasangkayu sebanyak 15 kasus,dan Kabupaten Mamasa dengan 7 kasus.


"Polman 97 kasus HIV/AIDS merupakan daerah tertinggi di Sulawesi Barat." Jelasnya.


Sementara itu Ketua Korps HMI Wati (Kohati) Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Polman, Fitriani, ungkapkan. Tingginya kasus HIV dan AIDS saat ini adalah karena salah satunya, ketidakpedulian masyarakat dalam penanggulangan HIV dan AIDS selama ini. 


Fenomena yang terjadi di masyarakat Indonesia terkait dengan stigma kepada orang dengan HIV/AIDS, yakni Ketakutan akan stigma dan diskriminasi, kendala utama penanganan HIV/AIDS. Stigma HIV/AIDS masih berkutat pada masalah seks, Paradigma baru pola transmisi HIV/AIDS yang didominasi oleh pengguna narkotika intravena.


"Di masyarakat Indonesia terkait dengan stigma kepada orang dengan HIV/AIDS, yakni Ketakutan akan stigma dan diskriminasi. Kendala utama penanganan HIV/AIDS." Tuturnya.


Diuraikan Ketua Kohati HMI Cabang Polman. Stigma di atas menjadi kendala dalam membuat kebijakan pemerintah atau regulasi tentang penanggulangan HIV/AIDS. Karena kurangnya partisipasi masyarakat. 


Padahal kebijakan di tingkat nasional sudah ada, namun implementasinya di tingkat daerah masih jauh dari ideal. 


Diharapkan kepada Dinkes Kabupaten Polman, agar mengambil sikap, jangan  berkesan hanya menjadi pengamat masalah kesehatan. Sehingga Kohati HMI Polman tegaskan dengan tingginya angka HIV AIDS di Kabupaten Polman, menjadi kepedulian bersama.


"Sebagaimana angka-angka yang tersebar. Polman adalah daerah yang paling mencemaskan terkait masalah tersebut. Untuk itulah diharapkan kepada Dinkes Kabupaten Polman, agar mengambil sikap, jangan  berkesan hanya menjadi pengamat masalah kesehatan." Tegasnya.


Beberkan Ketua Kohati HMI Cabang Polman. Peningkatan kasus tersebut bisa dicermati dari beberapa sudut pandang. Salah satunya, dari sudut pandang kesehatan. Infeksi HIV dan AIDS melewati perjalanan infeksi tanpa gejala berkisar 7 sampai 10 tahun. 


Mereka yang terinfeksi terlihat seperti orang sehat, padahal dalam tubuhnya sudah ada HIV yang bisa menular kepada orang lain dan kepada mereka yang belum memiliki gejala dari penyakit tersebut. 


Sehingga bagi mereka yang berperilaku berisiko, tanpa menyadari, mereka telah menularkan virus tersebut pada orang lain, termasuk pasangannya.


"Selaku ketua kohati HMI Cabang polman mengungkap, munculnya angka kasus HIV/AIDS harus segera disikapi secara serius oleh pemerintah. Sebab jika dibiarkan begitu saja, fenomena ini bakal menjadi gunung es yang setiap saat bisa melonjak secara drastis di lingkungan masyarakat." Harapnya.


Ditambahkan Ketua Kohati HMI Cabang Polman. Semua pihak terkait untuk lebih peduli dalam menanggapi kasus HIV AIDS yang terjadi, dengan segera sinergi dalam merencanakan, merumuskan dan menangani HIV AIDS di Kabupaten Polman. 


Penanganan ini secara pendekatan kemanusian, sebelum mengalami peningkatan korban. Utamanya korban pada kaum perempuan, yang merasakan rasa miris. Sehingga sangat dibutuhkan kepedulian bersama menangani.


"Maka harapannya, dengan pemangku kebijakan, bisa lebih serius dalam menanggapi kasus seperti ini. Saya pribadi melihat kasus ini sama seperti perempuan lain merasa miris, karena menjadi salah satu korban yang lebih banyak pasti di kalangan perempuan dari pada laki-laki. Untuk itu, kita semuanya harus bergandengan tangan dalam menyelesaikannya." Tambahnya.


Penulis : Nadi

iklan
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Kasus HIV AIDS Polman Tertinggi di Sulbar, Kohati HMI Harapkan Dinkes Lakukan Penanganan

Trending Now

Iklan

iklan